Pendidik maupun peneliti di bidang pendidikan telah mengakui pentingnya otentisitas dalam kegiatan pembelajaran di berbagai jenjang dan konteks pendidikan. Menurut definisi, “belajar otentik” berarti pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata dan proyek-proyek dan yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi dan membahas masalah-masalah ini dengan cara yang relevan untuk mereka.
Pembelajaran otentik (outhentic learning) adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa menggali, mendiskusikan, dan membangun secara bermakna konsep-konsep dan hubungan-hubungan, yang melibatkan masalah nyata dan proyek yang relevan dengan siswa (Donovan, Bransford & Pallegrino, 1999). Istilah ‘otentik’ berarti asli, sejati, dan nyata (Webster’s Revised Unabridged Dictionary, 1998). Pembelajaran ini dapat digunakan untuk siswa pada semua tingkatan kelas, maupun siswa dengan berbagai macam tingkat kemampuan.
Belajar otentik merupakan pendekatan pedagogis yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi, berdiskusi, dan penuh arti membentuk konsep dan hubungan dalam konteks yang melibatkan dunia nyata masalah dan proyek-proyek yang relevan dengan peserta didik (Donovan, Bransford, & Pellegrino, 1999). Istilah yang otentik didefinisikan sebagai asli, benar, dan nyata (Webster’s Revisi lengkap Dictionary , 1998).
|
Pembelajaran yang terintegrasi Rumah Belajar |
Baca Juga : Relevansi pandangan David Cooperrider dengan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang Inkuiri Apresiatif dalam Pengelolaan Sumber Daya
Untuk kegiatan belajar mengajar di kelas, Saya cenderung menggunakan metode pembelajaran yang nyata guna menstimulus anak untuk berfikir dan mendapatkan gambaran real akan materi yang disampaikan. Metode ini membuat anak tidak ambigu dalam memahami apa materi yang diberikan. Sebagai contoh ketika Saya memberikan materi tentang pelaku ekomoni dan perannya, maka anak-anak akan bertanya-tanya seperti apa mereka dan kerja nya melakukan apa?. Dalam hal ini metode pembelajaran nyata (Outentic Learning) menjawab tantangan dan memberikan solusinya. Saya mengintegrasikan materi yang dibawakan dengan portal rumah belajar yang didalam nya menyediakan fitur sumber belajar yang mudah diakses dan dibagikan ke anak-anak. Anak-anak menjadi senang dan menarik perhatian mereka serta memunculkan motivasi intrinsik pada diri anak untuk cinta terhadap belajar. Kekuatan sebenarnya dari pembelajaran otentik adalah kemampuan untuk secara aktif melibatkan siswa dan menyentuh motivasi intrinsik mereka (Mehlinger, 1995).
Ciri-ciri pembelajaran otentik :
• Belajar berpusat pada tugas-tugas otentik yang menggugah rasa ingin tahu siswa. Tugas otentik berupa pemecahan masalah nyata yang relevan dengan kehidupan siswa.
• Siswa terlibat dalam kegiatan menggali dan menyelidiki.
• Belajar bersifat interdisipliner.
• Belajar terkait erat dengan dunia di luar dinding ruang kelas.
• Siswa mengerjakan tugas rumit yang melibatkan kecakapan berpikir tingkat tinggi, seperti menganalisis, mensintesis, merancang, mengolah dan mengevaluasi informasi.
• Siswa menghasilkan produk yang dapat dibagikan kepada audiens di luar kelas.
• Belajar bersifat aktif dan digerakkan oleh siswa sendiri, sedangkan guru, orangtua, dan narasumber bersifat membantu atau mengarahkan;
• Guru menerapkan pemberian topangan (scaffolding), yaitu memberikan bantuan seperlunya saja dan membiarkan siswa bekerja secara bebas manakala mereka sanggup melakukannya sendiri.
• Siswa berkesempatan untuk terlibat dalam wacana dalam masyarakat.
• Siswa bekerja dengan banyak sumber.
• Siswa seringkali bekerja bersama dan mempunyai kesempatan luas untuk berdiskusi dalam rangka memecahkan masalah.
Lucas, Spencer, Claxton (2012: 61) menjelaskan secara lebih rinci prinsip pen-didikan otentik yang mencakup: belajar dengan melihat; belajar dengan meniru; belajar melalui praktik (‘trial and error’); belajar melalui masukan (feedback); belajar melalui percakapan; belajar melalui mengajar dan membantu siswa lain belajar; belajar melalui problem-based activity; belajar melalui proses bertanya (inquiry); belajar melalui berpikir kritis dan menghasilkan pengetahuan; belajar melalui proses mendengarkan, mentraskripsi, dan mengingat; belajar melalui membuat sketsa; belajar melalui proses refleksi; belajar dengan cara meminta bantuan atau pen-jelasan pada orang lain untuk menjawab rasa ingin tahu yang mereka miliki (learning on the fly); belajar melalui pembinaan; belajar dengan cara berkompetisi; belajar dari lingkungan virtual; belajar melalui simulasi dan permainan peran; belajar melalui permainan.
|
Ekspresi anak yang senang dengan pembelajaran ontentik |
Reeves, Herrington, dan Oliver (2002) mengkaji 10 elemen utama pembelajaran otentik, yang meliputi:
1. Relevansi dengan dunia nyata. Sedapat mungkin, pembelajaran otentik harus disesuaikan dengan aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari dan dalam lingkungan profesional dimana mereka akan menerapkan ilmu yang diperoleh. Melalui pembelajaran otentik, siswa difasilitasi untuk belajar konsep, fakta, serta konteks keilmuan dan sosial dari bidang yang mereka pelajari.
2. Pendekatan multi-interpretasi. Siswa dilatih untuk menyelesaikan permasalahan yang tidak dapat dipecahkan dengan rumus tertentu, melainkan melalui interpretasi personal mereka. Melalui cara ini, siswa akan belajar mengidentifikasi cara-cara yang dapat mereka aplikasikan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
3. Investigasi yang berkelanjutan. Dalam pembelajaran otentik, tugas yang diberikan kepada siswa cenderung kompleks sehingga alokasi waktu dan bahan pembelajaran yang dibutuhkan siswa harus diper-siapkan dengan baik.
4. Bahan pembelajaran dan cara pandang yang variatif. Dalam mempelajari dan menganalisa berbagai sumber belajar yang mereka guna-kan, siswa akan belajar memilah informasi yang relevan dan irelevan dengan tugas yang mereka kerjakan. Karena guru tidak menetapkan satu referensi khusus dan siswa berhak memilih beberapa referensi sesuai dengan definisi kebutuhan mereka, siswa akan belajar mengenai berbagai cara pandang terhadap suatu teori atau cara penyelesaian masalah.
5. Kolaborasi. Kerja sama antar siswa merupakan elemen penting dalam pembelajaran otentik.
6. Refleksi pembelajaran. Siswa diharapkan untuk dapat melakukan refleksi terhadap pembelajaran secara pribadi maupun berkelompok.
7. Cara pandang multidisipliner. Tidak hanya mengacu pada satu bidang ilmu, pembelajaran otentik dapat dikaitkan dengan bidang ilmu lain. Untuk itu, siswa perlu dibimbing untuk berpikir secara multidisipliner.
8. Penilaian yang terintegrasi.
9. Pembelajaran berorientasi produk. Dalam pembelajaran otentik, siswa tidak hanya diharapkan untuk dapat menyimpulkan materi yang telah mereka pelajari tetapi juga menghasilkan produk yang relevan dengan materi tersebut.
10. Pembelajaran menghasilkan multiinterpretasi dan multi capaian. Dalam mengkaji suatu masalah atau menyelesaikan suatu kegiatan, siswa dibimbing untuk memberikan respon yang objektif melalui jawaban yang bersifat terbuka.
Pembelajaran otentik ini sangat baik diterapkan kepada siswa dan akan membuat siswa senang serta asik dalam pembelajaran. Manfaatkan sebaik mungkin portal rumah belajar yang disediakan secara gratis oleh pemerintah dan berikan pemahaman pembelajaran kepada siswa secara real. Jangan takut untuk menciptakan kelas yang menyenangkan untuk siswa. Belajar otentik merupakan pendekatan pedagogis yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi, berdiskusi, dan penuh arti membentuk konsep dan hubungan dalam konteks yang melibatkan dunia nyata masalah dan proyek-proyek yang relevan dengan peserta didik.
Referensi Artikel
Sumber : Sistem Pendidikan Vokasi di Inggris Oleh Kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) London 2018
http://eksis.ditpsmk.net/artikel/pembelajaran-dan-penilaian-otentik-dalam-pendidikan-vokasi
https://www.msyarifah.my.id/metode-pembelajaran-otentik-outentic-learning/