A. LATAR BELAKANG
Selama masa pandemi Coronavirus Disease (COVID-19) melanda Indonesia, proses pembelajaran di sekolah dihentikan. Pembelajaran tatap mukapun beralih menjadi pembelajaran tatap maya. Pembelajaran yang mulanya di sekolah berganti menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Program Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)ini adalah program yang dianjurkan oleh Pemerintah. Di dalam program ini ada tiga pilihan cara belajar yang dianjurkan diantaranya: pembelajaran dalam jaringan (daring), pembelajaran luar jaringan (luring) dan home visit. Dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)ini, pihak sekolah mengambil kebijakan untuk memberlakukan pembelajaran luar jaringan (Luring).
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang telah dilakukan lebih dari satu tahun ini membuat banyak orang tua resah dan mulai mengeluh. Berdasarkan hasil pertemuan dengan orangtua murid, banyak yang mengutarakan anaknya malas belajar serta mengalami rasa jenuh belajar di rumah. Hal tersebut dikarenakan murid merasa tidak bahagia dan kurang menyenangkan belajar di rumah. Mereka merasa tertekan dan tidak bebas. Terkadang ada beberapa murid yang emosional setiap diminta belajar di rumah. Mereka lebih memilih bermain diluar rumah ataupun bermain gawai. Pernyataan tersebut didukung dengan data hasil belajar siswa yang semakin menurun.
Hal tersebut tidak sesuai dengan hakikat pendidikan yang bertujuan memerdekakan jiwa serta menuntun kodrat anak agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidikan yang awalnya menyenangkan bagi siswa merubah menjadi sangat membosankan. Karena siswa hanya disuguhkan dengan tugas-tugas yang diberikan saat pembelajaran luring. Jadi, hakikat dari pendidikan yang sesungguhnya telah tercoreng. Pendidikan yang dilakukan di sekolah maupun di rumah telah gagal .
Berdasarkan latar belakang tersebut saya merasa perlu melakukan perubahan dalam pembelajaran di masa pandemi ini. Saya ingin memperbaiki afektif murid terlebih dahulu. Jika afektifnya telah baik maka semangat belajarnya meningkat sehingga kognitifnya berkembang. Maka dari itu saya ingin mengetahui bagaimana suasana hati, sikap serta aktivitas murid selama belajar di rumah. Dan juga saya ingin menciptakan pembelajaran menyenangkan dengan Sistem Among serta berkolaborasi dengan orangtua murid. Maka dari itu, saya akan memanfaatkan Kartu Kendali dan Jurnal Komunikasi dalam upaya meningkatkan afektif siswa selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
B. DESKRIPSI AKSI NYATA
Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk meningkatkan motivasi dan semangat belajarserta menciptakan pembelajaran menyenangkan dengan Sistem Amonglangkah pertama yang saya lakukan adalah membuat asesmen diagnosis non kognitif. Analisis diagnosis non kognitif bertujuan untuk mengetahui bagaimana perasaan murid selama belajar di rumah. Asesmen diagnosis non kognitif dibuat dalam bentuk selebaran yang dibagikan kepada orangtua murid saat mengambilan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) di sekolah. Berikut adalah Asesmen Diagnosis Non Kognitif:
Asesmen Diagnosis Non Kognitif |
Baca Juga : Bagaimana cara mengelola pembelajaran efektif secara daring ?
Berdasarkan hasil analisis diagnosis non kognitif, dapat diketahui bahwa sebagian besar murid kelas II-B merasa kurang bahagia dan sudah jenuh saat belajar secara luring di rumah dan banyak murid yang berharap agar bisa secepatnya masuk sekolah.
Berdasarkan hal tersebut saya berinisatif untuk membuat video pembelajaran serta mengirimkan video tersebut ke WA orangtua murid. Selain itu saya membuat Kartu Kendali untuk mengetahui prilaku dan aktivitas murid di rumah. Berikut kartu kendali :
contoh kartu kendali |
Kartu kendali ini merupakan penilaian orangtua murid terhadap afektif anaknya. Setelah orangtua mengobservasi sikap anaknya selama di rumah, kartu kendali tersebut dilaporkan kepada saya. Dalam hal ini terjadi diskusi antara guru dan orangtua terhadap perkembangan sikap anak serta permasalahan yang dihadapi orangtua dalam mendidik anaknya di rumah.
Berdasarkan hasil kartu kendali tersebut saya membuat Jurnal Komunikasi untuk membantu orangtua dalam membimbing anaknya di rumah agar terjadi perubahan afektif anak ke arah yang lebih baik. Sehingga diharapkan jika afektif anak telah baik, maka kognitif akan berkembang.
Selain itu, saya melakukan Home Visit kepada murid yang hasil observasi Kartu Kendalinya kurang baik.
C. HASIL AKSI NYATA
Hasil yang diperoleh dari aksi nyata “Peningkatan Afektif Melalui Kartu Kendali dan Jurnal Komunikasi Guna Meningkatkan Kognitif Murid” adalah sebagai berikut:
1. Guru dapat mengetahui karakter dan keinginan murid melalui diagnosis nonkognitif dan kartu kendali.
2. Guru menciptakan pembelajaran menarik dan diferensiasi melalui video pembelajaran dan home visit.
3. Terjalin komunikasi serta kolaborasi antara guru dan orangtua dalam mendidik murid.
4. Menanamkan pendidikan karakter melalui peningkatan kesadaran murid bahwa sikap dan prilakunya selalu dipantau guru melalui observasi kartu kendali yang dilakukan orangtuanya.
D. PEMBELAJARAN YANG DIDAPAT DALAM AKSI NYATA
Dalam pelaksanaan aksi nyata peningkatan afektif guna meningkatkan kognitif murid, saya mendapatkan pembelajaran baru. Baik kegagalan dan keberhasilan.
Kegagalan yang saya alami adalah persiapan yang saya lakukan kurang matang dalam melakukan home visit. Dikarenakan keterbatasan waktu dan kemampuan saya dalam menjangkau rumah murid-murid saya, jadi home visit tidak bisa saya lakukan secara menyeluruh. Saya hanya memprioritaskan murid yang paling mengalami banyak kendala. Saya sadar dalam hal ini saya kurang bersikap adil.
Namun dikarenakan kendala dan keterbatasan yang saya miliki, terpaksa harus melakukan kebijakan seperti ini.
Selain kegagalan saya juga mendapatkan keberhasilan dalam pelaksanaan aksi nyata ini. Saya berhasil menjalin komunikasi dan hubungan baik dengan orangtua murid. Saya dapat memahami karakter orangtua murid sehingga dapat menjalin kolaborasi yang baik dalam mendidik murid-murid. Makna dari memanusiakan hungungan saya dapatkan dari program kartu kendali dan jurnal komunikasi ini. Selain itu, melalui analisis diagnosis non kognitif saya dapat memahami karakter dan keinginan murid saya walaupun sebelumnya belum pernah bertemu. Dalam hal ini saya sudah mulai menerapkan makna pendidikan yang hakiki yaitu menuntun murid bukan menuntut murid sesuai kehendak guru.
Saya juga merasa terharu ketika orangtua murid sangat senang dan berterimakasih karena saya telah meluangkan waktu untuk datang berkunjung mengajar anaknya. Dan rasa bahagia yang amat mendalam ketika melihat murid bahagia saat belajar di rumahnya bersama saya. Bahkan mereka ingin saya lebih sering datang berkunjung untuk mengajari mereka.
E. RENCANA PERBAIKAN DI MASA MENDATANG
Untuk kedepannya saya akan lebih mempersiapakan diri agar bisa melakukan home visit ke seluruh murid saya. Selain itu saya akan menularkan semangat ini kepada teman sejawat. Selain itu, saya akan merekomendasikan kepada atasan agar secara berkala seluruh guru diajak untuk melakukan refleksi tentang praktik baiknya dalam mengajar. Sehingga dari refleksi tersebut akan diketahui keberhasilan dan kegagalan yang perlu diperbaiki. Sehingga semangat dalam mencerdaskan anak bangsa akan tetap terjaga.
Masha Allah....
BalasHapusSemoga sukses ji
Aamiin Bu, sukses juga buat Ibu
HapusKeren ..
BalasHapusSemoga sukses selalu
Aamiin dan terima kasih
Hapus