Pendidikan karakter hanya akan menjadi sekadar wacana jika tidak dipahami secara lebih utuh dan menyeluruh dalam konteks Pendidikan Nasional kita. Bahkan, pendidikan karakter yang dipahami secara parsial dan tidak tepat sasaran justru malah bersifat kontraproduktif bagi pembentukan karakter anak didik. Pendekatan parsial yang tidak didasari pendekatan pedagogi yang kokoh alih-alih menanamkan mereka pada perilaku kurang bermoral atau nilai-nilai keutamaan dalam diri anak, malah menjerumuskan .
Setiap guru pastinya mempunyai tantangan masing-masing dalam menghadapi murid-muridnya karena adanya keunikan individu pada setiap kelas. Pernahkan kita merasa bahwa tantangan untuk mengelola sebuah kelas seperti tiada akhir? Selain mengurus banyak hal dalam sebuah kelas mulai dari membuat rencana pengajaran, membawakan kegiatan, hingga mengevaluasi kelas, kita juga harus bisa mengatur perilaku murid di dalam kelas. Sebagai seorang guru pastinya kita ingin memberikan yang terbaik kepada murid-murid kita.
Saya pribadi percaya bahwa hal tersebut dapat dilakukan dengan melaksanakan pengajaran yang menggunakan aturan, prosedur, dan rutinitas untuk meyakinkan bahwa semua murid bisa terlibat aktif dalam setiap pembelajaran yang mereka lakukan. Sebuah prosedur ataupun rutinitas dalam kelas pastinya berdasarkan pada aturan yang telah dibuat. Bagaimanakah kita membuat aturan dalam kelas? Saya membuatnya dengan menggunakan kesepakatan bersama.
contoh kesepakatan kelas |
Berhubung karena situasi dan kondisi saat ini, saya melakukan diskusi dengan menggunakan metode daring, whatshapp group. Objektif juga bisa berhubungan dengan sikap atau kemampuan, seperti “Bisa aktif saat berdiskusi” atau “Bisa bekerjasama dan berkolaborasi dengan teman sekelas melalui whatsapp group”. Guru pun bisa membantu mengarahkan murid dalam mengeluarkan ide-ide untuk objektifnya dengan mengeluarkan pertanyaan pancingan seperti, “Masalah apa yang sering terjdi saat berada di dalam kelas dan kelas seperti apa yang akan membuat merasa nyaman ketika berada didalam kelas ketika nanti telah aktif kembali belajar di sekolah?” atau, “Kira kira , seperti apa ya kelas impianmu kelak ?”. Objektif itu kemudian diketik dalam komen whatshaap group, sehingga semua murid dapat membaca dan menjawab bagaimana kelas impiannya.
Baca Juga : Pembuktian
Setelah kesepaktan individu tersebut dibuat, kemudian saya mulai berdiskusi lebih lanjut untuk menemukan tujuan bersama dan atau hal yang dibutuhkan untuk dapat mencapai tujuan tersebut, seperti “Bisa bekerja sama dalam kelompok” dan “Saling menghargai antar teman”. Kemudian kesepakatan kelas tersebut juga bisa dituliskan dalam bentuk poster dan di bagikan dalam whatshap group.
Dalam prosesnya, jika terjadi pelanggaran terhadap kesepakatan yang dibuat, saya akan melakukan pendekatan , saya mengajak murid tersebut untuk berbicara empat mata dan menggunakan teknik refleksi untuk mengingatkan kembali tentang objektif yang pernah mereka buat dengan mengajukan pertanyaan seperti, “Kira-kira apakah tindakan tadi akan mendukung dalam meraih objektif yang diharapkan?”. Bisa juga dengan menanyakan kepada murid apakah tindakan mereka sesuai dengan kesepakatan bersama seperti, “Apakah tindakan tadi menunjukkan kesepakatan kelas kita yaitu menghargai orang jika sedang berbicara?” “Kira-kira itu membuat nyaman teman di dalam kelas tidak?” “Apa yang dirasakan apabila kamu tidak dihargai?” dan sebagainya.
Semua aturan dibuat untuk menjaga perilaku positif dan konsistensi dalam implementasinya sangat penting untuk mengelola kelas secara efektif. Agar kesepakatan bersama dapat diimplementasikan secara efektif saya akan menjadi role model di dalam kelas. Saya juga akan berbagi cerita tentang perasaan saya ketika kesepakatan bersama dilanggar dan juga mengapresiasi murid yang sudah bisa menepati kesepakatan tersebut dengan pujian yang positif seperti “Terima kasih ya sudah menghargai pendapat teman, karena kamu bisa melakukan itu semua orang di kelompok kamu bisa memberikan kontribusinya.”
Selama pembuatan dan penerapan kesepakatan kelas ini tidak ada hal yang instan yang bisa terjadi. Semua proses membutuhkan waktu, kesabaran, dan kejernihan dalam berpikir. Di dalam aktivitas kelas tidak jarang murid melupakan tentang tujuan mereka saat pembelajaran. Saya pun sebagai guru terkadang melupakan bahwa murid juga memiliki pencapaian tertentu. Terkadang di dalam kelas saya dan murid saya lupa bahwa peraturan di dalam kelas membantu semua orang untuk belajar. Jika hal ini terjadi saya memberikan waktu kepada kelas untuk berdiskusi dan berefleksi meski di tengah berlangsungnya pengajaran. Hal ini penting untuk memberi kesempatan memfokuskan kembali tujuan kesepakatan kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar