Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang bisa memberikan dan memfasilitasi kebutuhan dari setiap peserta didiknya. Berpuluh-puluh tahun yang lalu sampai dengan sekarang ini, pendidikan di Indonesia masih belum banyak perubahan, di mana masih menerapkan sistem pembelajaran lama yang menganggap semua anak adalah sama, lebih berpusat pada guru, tanpa memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam belajar.
Siswa hanya duduk diam mendengarkan guru tanpa melakukan sesuatu yang akan menambah pengalaman belajar bagi mereka. Guru seolah-olah hanya mengajar satu orang murid saja dalam satu kelas, sedangkan di dalam kelas ada kurang lebih 30-40 siswa yang mempunyai keunikan, kemampuan dan keberagaman pengalaman belajar yang berbeda. Tidak jarang anak-anak merasa frustasi dan akhirnya tidak memiliki motivasi untuk belajar, karena mereka datang ke sekolah hanya untuk ujian, ujian dan ujian.
Pendidikan haruslah sadar bahwa, setiap anak adalah unik dan memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak yang lainnya. Pendidikan, seharusnya bisa mengakomodasi dari semua perbedaan ini, terbuka untuk semua dan memberikan kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap individu. Keberagaman dari setiap individu murid harus selalu diperhatikan, karena setiap peserta didik tumbuh di lingkungan dan budaya yang berbeda sesuai dengan kondisi geografis tempat tinggal mereka.
PEMBAHASAN
A. Differentiated Instruction (Pembelajaran Berdiferensiasi)
Anak-anak yang memiliki usia yang sama dan datang ke sekolah bersama-sama, belum tentu memiliki kesamaan ukuran badan, hobi, kepribadian, kesukaan atau ketidaksukaan yang sama. Kemampuan mereka pun juga beragam, mungkin ada yang sudah paham banyak hal tetapi ada juga yang belum memahami apapun. Mereka memiliki suatu hal yang berbeda, karena anak-anak ini adalah manusia yang mempunyai banyak hal yang berbeda dalam dirinya. Mereka terlahir dari latar belakang, budaya dan kebiasaan yang berbeda-beda pula sehingga akan sangat berpengaruh terhadap semua hal pada diri anak tersebut.
Kelas yang ditandai dengan keanekaragaman kultur dan bahasa, menuntut beragam strategi untuk mendiferensiasikan pengajaran agar kebutuhan siswa yang beragam dan banyak tersebut akan terpenuhi. Dalam kelas yang didiferensiasikan, guru akan memulai mengajar berdasarkan kebutuhan, kesiapan (di mana posisi siswa), minat dan kemudian menggunakan banyak model mengajar dan penataan instruksional untuk memastikan bahwa siswa meraih prestasinya.
Dalam penjelasan Tomlinson (2001:1), pada pembelajaran diferensiasi berarti mencampurkan semua perbedaan untuk mendapatkan suatu informasi, membuat ide dan mengekspresikan apa yang mereka pelajari. Dengan kata lain bahwa pembelajaran diferensiasi adalah menciptakan suatu kelas yang beragam dengan memberikan kesempatan dalam meraih konten, memproses suatu ide dan meningkatkan hasil setiap murid, sehingga murid-murid akan bisa lebih belajar dengan efektif.
“In its simple form, differentiated instruction means that you are consistently and proactively creating different pathway to help all your student to be succesfull”. Dari pernyataan tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa dalam pembelajaran diferensiasi seorang guru harus konsisten dan proaktif dalam mencari jalan untuk membantu murid-muridnya belajar sehingga akan mencapai kesuksesan dalam mencapai atau meraih proses pembelajaran di kelas. Sebagai contoh, apabila guru memberikan tugas membaca kepada murid-muridnya, guru harus mengetahui tingkat level kemampuan membaca muridnya sehingga memberikan tugas membaca sesuai dengan tingkat level membaca murid tersebut dan juga bisa mengaitkannya dengan ketertarikan dari murid tersebut. Sehingga pembelajaran diferensiasi tidak menambah beban murid-murid dalam belajar tetapi justru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan merangsang anak untuk terus belajar sehingga akan membantu anak dalam mencapai kesuksesan dalam belajar.
ilustrasi gambar |
Baca Juga : Kelas yang didambakan
Adapun dalam referensi lain yang dimaksud dengan Differentiated of instruction adalah modifikasi kurikulum di mana semua anak bisa belajar dalam satu kelas dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Pendekatan ini dilakukan dalam proses belajar-mengajar di dalam kelas dengan berbagai kemampuan anak yang berbeda dalam kelas tersebut. Maksud dari differentiated itu sendiri adalah setiap anak mempunyai standar kurikulum yang berbeda-beda disesuaikan dengan kebutuhannya. Hal ini dimaksudkan bahwa guru harus memodifikasi isi, proses/cara berpikir (the thinking process) dan produk yang harus dikerjakan sebagai evaluasi, berdasarkan karakteristik anak, tingkat kesiapan anak, interest atau kesukaan anak, kecerdasan majemuk (mulltiple intelegences), pemberian instruksi dan pembelajaran atau materi yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemampuan anak, memperdalam pemahaman, dan melibatkan kerja kelompok. (Hollas, 2005:2). Menurut Gregory dan Chapman (2007:2) mengungkapkan hal-hal yang mendukung pandangan atau filosofi mengenai pembelajaran diferensiasi adalah sebagai berikut.
a. Semua siswa pada dasarnya memiliki kekuatan dalam bidang-bidang tertentu
b. Semua siswa memiliki bidang yang butuh untuk dikuatkan
c. Setiap otak siswa adalah unik seperti suatu sidik jari (fingerprint)
d. Tidak ada kata terlambat untuk belajar
e. Ketika memulai suatu topik yang baru, siswa membawa dasar pengetahuan mereka sebelumnya dan pengalaman dalam belajar
f. Emosi, perasaan, dan sikap berpengaruh pada belajar
g. Semua siswa dapat belajar
h. Siswa-siswa belajar dengan cara yang berbeda-beda pada waktu yang berbeda- beda pula
Banyak guru yang belum bisa membayangkan bagaimana pendekatan pembelajaran diferensiasi ini dikarenakan sudah bertahun-tahun lamanya melakukan suatu proses pembelajaran satu arah dan berpusat hanya pada guru. Dengan menggunakan strategi diferensiasi dan memberikan kegiatan yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa dilihat dari kesiapan, minat dan gaya belajar siswa maka diharapkan kebutuhan siswa akan terpenuhi, siswa akan bisa belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Model pembelajaran diferensiasi ini bukan suatu model pembelajaran yang baru. Model pembelajaran ini diperlukan suatu kesadaran dan juga kerja keras yang sungguh-sungguh dalam menganalisa data informasi yang didapat dari peserta didik di kelas, kemudian data tersebut digunakan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan dalam memberikan pembelajaran kepada peserta didik yang akan disesuaikan dengan kemampuan serta digunakan dalam mengubah sesuatu yang perlu diubah juga memberikan hal-hal yang lebih diperlukan bagi peserta didik masing- masing.
Untuk lebih memahami apa itu pembelajaran diferensiasi dan yang membedakan dengan pendekatan lain, akan dibahas satu persatu berkenaan dengan hal tersebut.
1. Pembelajaran diferensiasi bukanlah pembelajaran individual
Seperti halnya yang terjadi pada perkembangan pendidikan pada tahun 70an, bahwa jika ada murid yang memiliki tingkat perbedaan kemampuan dalam kelas, maka dalam belajar sesuai dengan kemampuannya, anak tersebut akan ditarik dari kelas dia berada dan akan diberikan pembelajaran individual sesuai dengan kemampuannya yang berada di ruangan lain atau terpisah dari kelasnya tersebut. Berbeda dengan pembelajaran diferensiasi, bahwa anak-anak yang memiliki perbedaan kemampuan tersebut, akan diberikan kesempatan untuk belajar, tidak dipisahkan oleh karena level kemampuannya tetapi berfokus pada makna belajar itu sendiri dan juga kekuatan dari setiap siswa miliki. Model pembelajaran dalam mengajar, terkadang guru akan mengajar pada “whole class” atau kelompok besar, terkadang kelompok kecil dan terkadang secara individual dalam satu kelas. Variasi yang dilakukan ini sangat penting dalam meningkatkan pemahaman murid dan ketrampilan juga membangun rasa kebersamaan dalam kelompok.
2. Pembelajaran diferensiasi bukanlah pembelajaran yang semrawut atau kacau
Banyak guru yang mengalami ketakutan akan terulangnya kejadian di awal tahun ajaran baru yang kurang bisa mengatasi perilaku murid- muridnya di kelas. Hal ini seharusnya tidak terjadi apabila guru melakukan managemen kelas yang baik. Seorang guru yang menerapkan pembelajaran diferensiasi, akan ahli dalam memeimpin kelas dan dengan cepat menanggulangi masalah ini. Dibandingkan dengan guru yang menggunakan pendekatan satu center (guru menjadi pusat pembelajaran), pada guru yang menerapkan pembelajaran diferensiasi akan mengatur dan memonitor kelas dengan menggunakan beberapa aktivitas bersama-sama. Guru juga akan membantu anak dalam mengembangkan peraturan untuk mengontrol perilaku, memberi dan memonitor secara langsung aktivitas serta memberikan tahapan- tahapan pembelajaran yang berhubungan dengan pengalaman belajar anak. Pembelajaran diferensiasi di kelas akan memberikan keefektifitasan tujuan pembelajaran murid dan bukan kelas tanpa perencanaan atau ketidakdisiplinan.
3. Pembelajaran diferensiasi adalah proaktif dan berdasar pada asesmen
Pada kelas yang menerapkan pembelajaran diferensiasi, kita harus berpikir bahwa murid-murid memiliki kebutuhan belajar yang beragam dan berbeda satu dengan yang lainnya. Guru harus proaktif menemukan dan melakukan perencanaan dengan berbagai cara untuk bisa mengekspresikan bagaimana murid-muridnya bisa belajar. Guru akan bisa merencanakan cara bagaimana murid-murid belajar dengan melakukan asesmen terlebih dahulu berdasarkan tingkat kesiapan murid, ketertarikan dan gaya belajar dari setiap murid-muridnya tersebut. Murid-murid di dalam kelas akan mempunyai karakteristik yang berbeda, yang mungkin akan mengindikasikan dalam kebutuhan modifikasi kurikulum dan pembelajaran. Adapun penjelasan mengenai ketiga hal yang akan dilakukan asesmen adalah:
a) Readiness (Kesiapan)
Murid yang memiliki kesiapan untuk belajar suatu hal yang mana sudah mempunyai pengetahuan mengenai apa yang akan dipelajari, memahaminya dan memiliki keterampilan yang bagus, dipastikan akan sukses dan bisa mencapai tugas yang diberikan. Lain halnya bagi murid yang belum memahami apa yang akan mereka pelajari, maka mereka akan menjadi murid yang sulit dalam mempelajari tema/topik pembelajaran dan mungkin akan frustasi karena tidak bisa menyelesaikan tugas dengan baik. Pemahaman dalam belajar akan lebih bagus apabila tingkat kesulitan yang diberikan sedikit lebih tinggi dari level pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan sebelumnya. Hal tersebut akan membantu dalam menghubungkan pengetahuan yang baru dan tingkat pengetahuan baru. Kesiapan murid akan erat hubungannya dengan tingkat perkembangan pemahaman dan prestasi murid di kelas (achievement).
b) Ketertarikan (interest)
Ketertarikan merupakan faktor terbesar dari dalam diri seseorang dalam memotivasi untuk belajar. Guru yang bijak akan menghubungkan konten yang dipelajari dengan ketertarikan (interest) dari murid-muridnya. Hal ini akan mempertahankan level perhatian siswa dalam belajar. Ketertarikan dari murid ini berhubungan dengan semua hal yang murid suka atau tidak suka dan mengenai hobinya.
c) Learning profile (Profil belajar)
Gaya belajar merupakan cara/jalan bagaimana murid tersebut bisa belajar dengan baik. Beberapa murid mungkin akan lebih bagus belajar dengan cara diskusi dengan teman sebayanya, tetapi ada juga sebagian murid yang lebih bagus belajar sendiri. Ada murid yang belajar dari beberapa bagian dari tema tetapi adapula yang menganalisanya. Guru harus jeli dalam memahami gaya belajar setiap muridnya. Adapun dalam profile belajar anak akan dihubungkan pula dengan faktor sosial/emosi yaitu mengenai bahasa, budaya, kesehatan, kenyataan dalam keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu learning profile juga berhubungan dengan gaya belajar (learning style) seseorang. Ada beberapa yang memiliki gaya belajar dengan visual (melihat gambar, membaca), ada yang auditory (mendengarkan ceramah atau diskusi), ada juga yang memiliki gaya belajar dengan bergerak (kinestetik). Multiple intelegances juga berhubungan dengan learning profile ini, yang sesuai dengan yang diungkapkan oleh Howard Gardner. Menurut Howard Gardner ada 8 intelegensi yaitu logic- matematis, linguistik, musikal, spasial, bodily kinesthetic, interpersonal, intrapersonal dan naturalis. Teori ini akan membantu dalam mengadaptasikan pengajaran kepada siswa, selain itu guru juga harus mengetahui learning profile atau gaya belajar dari masing-masing siswanya. (Arends, 2008:123)
Setelah dilakukan asesmen tersebut kemudian baru membuat design atau perencanaan pengalaman belajar berdasarkan dari pemahaman murid, memperhitungkan produk/hasil belajar yang akan dibuat atau membuat asesmen akhir sebagai final untuk mengetahui kesuksesan murid dalam belajar.
4. Pembelajaran diferensiasi menggunakan berbagai pendekatan (multiple approach) dalam konten, proses dan produk
Dalam kelas diferensiasi, guru akan memperhatikan 3 elemen penting dalam pembelajaran diferensiasi di kelas yaitu (1) Content (input) yaitu mengenai apa yang murid pelajari, (2) Proses yaitu bagaimana murid akan mendapatkan informasi dan membuat ide mengenai hal yang dipelajarinya, (3) product (output), bagaimana murid akan mendemonstrasikan apa yang sudah mereka pelajari. Ketiga elemen tersebut di atas akan dilakukan modifikasi dan adaptasi berdasarkan asesmen yang dilakukan sesuai dengan tingkat kesiapan murid, ketertarikan (interes) dan learning profile. Terdapat 3 elemen penting yang akan dilakukan diferensiasi, antara lain sebagai berikut.
a. Content
Konten berhubungan dengan apa yang akan murid-muird ketahui, pahami dan yang akan dipelajari. Dalam hal ini guru akan memodifikasi bagaimana setiap murid akan mempelajari suatu topik pembelajaran. Misalnya, guru akan mengajarkan matematikan yang mana tujuan objektifnya adalah murid-murid bisa membaca waktu. Dari murid-muridnya di kelas, mungkin guru akan menemukan anak yang belum mengerti mengenai konsep angka, ada juga yang belum mengerti mengenai konsep waktu dan mungkin beberapa murid-murid di kelasnya sudah memahami dan bisa membaca waktu dengan baik. Bagi anak- anak yang tingkat kesiapannya sudah siap dan mengerti akan konten yang akan dipelajarinya, hal ini tidak menjadikan masalah bagi murid untuk belajar hal yang sama sesuai dengan konten yang sudah ditentukan. Bagi tingkat kesiapannya belum memahami mengenai konten tersebut, guru perlu melakukan modifikasi dan adaptasi berdasarkan tingkat kesiapan murid tersebut.
b. Process
Proses merupakan cara murid mendapatkan informasi atau bagaimana ia belajar. Dalam arti lain adalah aktivitas murid dalam mendapatkan pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan berdasarkan konten yang akan dipelajari. Aktivitas akan dikatakan efektif apabila berdasarkan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan murid. Murid akan bisa mengerjakan dengan sendirinya dan berguna bagi diri mereka sendiri.
c. Product
Produk merupakan bukti apa yang sudah mereka pelajari dan pahami. Murid-murid akan mendemostrasikan atau mengaplikasikan mengenai apa yang sudah mereka pahami. Produk akan merubah murid dari “consumers of knowledge to producer with knowledge”.
Kesimpulan
Diharapkan dengan menerapkan model tersebut maka perbedaan dan keberagaman setiap individu di kelas dilihat dari tingkat kesiapan, ketertarikan dan gaya belajar akan bisa terakomodasi sehingga berdampak adanya peningkatan terhadap pemahamaan, motivasi dalam belajar, dan juga interaksi antarpeserta didik di kelas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar